LAPORAN
PRAKTIKUM
Isolasi
Spora Jamur Mikoriza V-A
Diajukan Sebagai Syarat
Untuk Memenuhi Tugas
Praktikum Agrobioliogi
Oleh
:
Viandra
Edo B.P
111510501075
PROGRAM STUDI
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2010
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman merupakan makhluk hidup yang tidak memiliki
sistem syaraf gerak, tetapi keberadaannya membawa berkah bagi seluruh makhluk
hidup di bumi. Produksi utamanya yang berupa oksigen merupakan pasokan yang
tidak akan pernah habis dibutuhkan begitu juga dengan produksi keduanya, yakni
hasil perkembangbiakannya.
Hasil perkembangbiakan tanaman sebagian besar
merupakan kebutuhan pangan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.
Buah, bunga hingga biji semua merupakan bagian yang sering dimanfaatkan baik
sebagai bahan pangan maupun yang lain terutama dari kelompok biji-bijian.
Demikian juga dengan tanah yang sangat mendukung
keberadaan tanaman. Tanah sebagai media yang seringkali digunakan oleh manusia
sebagai tempat tumbuh tanaman yang ideal karena di dalam tanah unsur hara
terkandung cukup banyak, selain itu hal-hal yang berkaitan dengan biologi tanah
sebagai contoh mikroorganisme dalam tanah juga sangat mendukung kegiatan
tanam-menanam.
Pada dasarnya tidak seluruh unsur hara yang berada
di dalam tanah dapat dengan mudah diserap oleh akar tanaman. Seringkali akar
tanaman mengalami kesulitan dalam melakukan penyerapan baik disebabkan karena
faktor lingkungan berupa ketersediaan unsur yang minimal atau bahkan berlebih.
Namun semua itu dapat diatasi oleh mikroorganisme
tanah yang berada pada sebagian besar tanaman dan berasosiasi dengan tanaman
sehingga keduanya sama-sama untung (simbiosis mutualisme) yakni jamur mikoriza.
Dengan adanya infeksi yang disebabkan oleh jamur
mikoriza ini ternyata dapat meningkatkan unsur hara makro pada tumbuhan seperti
N, P, K, Cu dan Zn. Sementara kita tahu bahwa unsur-unsur tersebut
menstimulisasi pertumbuhan tanaman baik dari faktor tumbuh, berkembang hingga
perkembangbiakannya. Hal ini sangat menguntungkan bagi tumbuhan karena dengan
begitu seluruh faktor tumbuh pada tumbuhan akan bekerja secara optimal.
1.2 Tujuan
Mengisolasi dan mengenal spora jamur
mikoriza vesikuler-arbuskular.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Mikoriza
Arbuskular merupakan mikroorganisme tanah yang terdapat hampir di segala jenis
tanah. Mikoriza ini memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan memperbaiki agregasi tanah. Namun demikian belum terlihat
jelas pada tingkatan mana mikoriza ini bekerja di lapangan. Secara umum,
manfaat CMA dalam kondisi eksperimental dengan mikoriza individual berhubungan
dengan tingkat dan perluasan pembentukan CMA. Namun demikian terlihat jelas
adanya indikasi bahwa proses ini tidak dapat dilakukan pada semua mikoriza.
Penentuan waktu pembentukan dilapangan merupakan hal yang penting guna
memperoleh manfaat pertumbuhan tanaman (Delvian, 2006).
Mikoriza ini mulai ditemukan pada profil tanah
sekitar kedalaman 20 cm tetapi walaupun demikian juga, masih terdapat pada
kedalaman 70-100 cm. CMA tersebar secara aktif
dan tersebar secara pasif dimana CMA tersebar dengan angin, air atau
mikroorganisme dalam tanah (Delvian, 2006).
Mikoriza tersebut dapat ditemukan hampir pada
sebagian besar tanah dan pada umumnya
tidak mempunyai inang yang spesifik. Namun tingkat populasi dan komposisi jenis
sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh karakteristik tanaman dan sejumlah
faktor lingkungan seperti suhu, pH, kelembaban tanah, kandungan fosfor dan
nitrogen. Suhu terbaik untuk perkembangan CMA adalah pada suhu 30 °C, tetapi
untuk kolonisasi miselia yang terbaik adalah pada suhu 28-35 °C (Budiman dan
Saraswati, 2007).
Mikoriza arbuskula dapat berasosiasi dengan hampir
90% jenis tanaman dimana tiap jenis tanaman dapat juga berasosiasi dengan satu
atau lebih jenis CMA. Tetapi tidak semua jenis tumbuhan dapat memberikan respon
pertumbuhan positif terhadap inokulasi CMA. Konsep ketergantungan tanaman akan
CMA adalah relatif dimana tanaman tergantung pada keberadaan CMA untuk mencapai
pertumbuhannya. Tanaman yang mempunyai ketergantungan yang tinggi pada
keberadaan CMA, biasanya akan menunjukkan pertumbuhan yang nyata terhadap inokulasi
CMA, dan sebaliknya tidak dapat tumbuh sempurna tanpa adanya asosiasi dengan
CMA (Istiqomah, 2006).
Perbedaan lokasi dan rizosfer menyebabkan perbedaan
keanekaragaman spesies dan populasi CMA. Tanah yang didominasi oleh fraksi
lempung (clay) merupakan kondisi yang diduga sesuai untuk perkembangan
spora Glomus, dan tanah berpasir genus Gigaspora ditemukan dalam
jumlah tinggi. Pada tanah berpasir, pori-pori tanah terbentuk lebih besar
dibanding tanah lempung dan keadaan ini diduga sesuai untuk perkembangan spora Gigaspora
yang berukuran lebih besar daripada spora Glomus (Istiqomah, 2006).
Lingkungan dan faktor biotik diketahui memiliki
pengaruh terhadap pembentukan CMA dan derajat infeksi dari sel korteks inang. Perbedaan
waktu yang diperlukan untuk infeksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain : kerapatan akar, rata-rata pertumbuhan akar, jumlah spora/unit
volume tanah, persentase perkecambahan spora dan rata-rata pertumbuhan hifa.
Interaksi antar faktor-faktor biotik memilikiefek yang signifikan dalam
merespon pertumbuhan tanaman yang diinokulasi. Faktor lingkungan berpengaruh
terhadap pembentukan CMA dalam hal suplai dan keseimbangan hara, kelembaban dan
pH tanah (Istiqomah, 2006).
Dalam perkembangannya CMA sangat membutuhkan kondisi
lingkungan yang optimum. Kondisi lingkungan seperti pH tanah, eksudat akar dan
suhu akan mempengaruhi perkembangan CMA di alam. Suhu yang optimum bagi CMA akan
mempercepat terjadinya perkembangbiakan baik dalam hal menginfeksi akar tanaman
(inang) maupun dalam menghasilkan spora-spora sebagai bagian dari perkembangan
berikutnya yang relatif tinggi akan meningkatkan aktifitas cendawan (Delvian,
2006).
CMA mampu beradaptasi secara optimal pada kisaran
suhu 18-35 0C. Proses perkecambahan dan pembentukkan CMA melalui tiga tahap
yaitu perkecambahan spora di tanah, penetrasi hifa ke dalam sel akar dan
perkembangan hifa di dalam korteks akar (Musfati, dkk. 2006).
Suhu tanah sangat berpengaruh terhadap terbentuknya
koloni akar dan kemampuan membentuk spora serta kemampuan hidup dari alat–alat
perkembang biakan CMA. Suhu dijadikan sebagai faktor utama pada kolonisasi CMA
ini karena berdasarkan hasil analisis contoh tanah setiap ketinggian tempat memiliki
sifat kimia tanah yang sama di antaranya kriteria pH tanah yaitu masam, P
tersedia termasuk sangat rendah dan C-organik sangat tinggi
Walaupun tingkat kolonisasi CMA bervariasi pada
setiap ketinggian tempat tetapi masih ditemukan adanya hubungan CMA dengan tumbuhan
di hutan Pegunungan Sinabung. Kondisi ini dimungkinkan oleh pengaruh kandungan
P tersedia yang sangat rendah di dalam tanah. Kandungan P tersedia di dalam
tanah pada dasarnya sangat mempengaruhi terbentuknya CMA. Rendahnya jumlah P
tersedia akan meningkatkan terbentuknya CMA pada tanaman karena kondisi tanah
yang seperti ini, tumbuhan akan cenderung memanfaatkan CMA sebagai salah satu
cara untuk mendapatkan unsur hara dari dalam tanah (Delvian, 2006).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan waktu
Acara
Praktikum Agrobiologi ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 24 April 2010
pukul 14.00 di Laboratorium Klimatologi, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Jember.
3.2 Bahan dan alat
3.2.1 Bahan
1.
Sampel tanah
2.
Air kran
3.2.2
Alat
1.
Botol film
2.
Gelas beker 500 ml.
3.
Loup
4.
Petridish steril
5.
Erlenmeyer
6.
Mikroskop
7.
Ayakan bertingkat ukuran 20, 60 200 mesh
8.
Bak
3.3 Cara Kerjah
1. Menimbang
contoh tanah sebanyak 50 gram, menambahkan air kran 250 ml.
2. Mengaduk
contoh tanah selama 1 menit, mendiamkannya selama 30 detik
3. Melakukan
pengayakan dengan menggunakan ayakan bertingkat, contoh tanah usah di ayak,
cukup airnya saja
4. Mengumpulkan
hasil ayakan dengan botol pencuci ke petridish (ayakan tingkat 2 dan 3 saja)
5. Mengambil
sedikit demi sedikit ayakan tersebut, mengencerkan dengan air kran, mengamati
pada mikroskop perbesaran 100x
6. Mengambil
mikoriza dengan menggunakan pipet tetes jika ditemukan, menyimpan ke dalam
botol film, memasukkan pada lemari pendingin dengan suhu 4 oC.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2
Pembahasan
Mikoriza
adalah salah satu kelompok jamur tanah yang biotrof obligat yang tidak dapat
melestarikan pertumbuhan dan reproduksinya bila terpisah dengan tanaman inang,
dengan kata lain merupakan bentuk asosiasi antara sebagian besar tanaman dengan
jamur tertentu.
Mikoriza apabila di
amati memiliki beberapa struktur tubuh yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu
vesikel, arbuskul dan spora.
Vesikel Mikoriza Spora Mikoriza Arbuskul Mikoriza
1. Vesikel
(Vesicle)
Vesikel merupakan struktur cendawan yang berasal dari pembengkakan
hifa internal secara terminal dan interkalar, kebanyakan berbentuk bulat telur,
dan berisi banyak senyawa lemak sehingga merupakan organ penyimpanan cadangan
makanan dan pada kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat untuk
mempertahankan kehidupan cendawan. Tipe CMA vesikel memiliki fungsi yang paling
menonjol dari tipe cendawan mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena
kemampuannya dalam berasosiasi dengan hampir 90 % jenis tanaman, sehingga dapat
digunakan secara luas untuk meningkatkan probabilitas tanaman.
2. Arbuskul
Cendawan ini dalam akar membentuk struktur khusus yang disebut
arbuskular. Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh
percabangan dikotomi yang berulang-ulang sehingga menyerupai pohon dari dalam
sel inang.
Arbuskul merupakan percabangaan dari hifa masuk kedalam sel
tanaman inang. Masuknya hara ini ke dalam sel tanaman inang diikuti ole
peningkatan sitoplasma, pembentukan organ baru, penbengkokan inti sel,
peningkatan resrpurasi dan aktivitas emzim.
Struktur yang dibentuk pada akar-akar muda adalah Arbuskul. Dengan
bertambahnya umur, Arbuskul ini berubah menjadi suatu struktur yang menggumpal
dan cabang-cabang pada Arbuskul lama kelamaan tidak dapat dibedakan lagi. Pada
akar yang telah dikolonisasi oleh CMA dapat dilihat berbagi Arbuskul dewasa
yang dibentuk berdasarkan umur dan letaknyaa. Arbuskul dewasa terletak dekat
pada sumber unit kolonisasi tersebut.
3. Spora
Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini dapat
dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung pada
jenis cendawannya. Perkecanbahan spora sangat sensitif tergantung kandungan
logam berat di dalam tanah dan juga kandungan Al. kandungan Mn juga
mempengaruhi pertumbuhan miselium. Spora dapat hidup di dalam tanah beberapa
bulan sampai sekarang beberapa tahun. Namun untuk perkembangan CMA memerlukan
tanaman inang. Spora dapat disimpan dalam waktu yang lama sebelum digunakan
lagi.
jika dilihat secara
terperinci bagian yang terdapat dal tubuh mikoriza, dapat menghasilkan gambar
sebagai berikut :
Dengan adanya jamur ini seringkali membuat baik para
petani, peladang atau semacamnya merasa untung. Bagaimana tidak jika hasil
tanam yang diperoleh dapat sesuai dengan keinginan. Namun seringkali pemahaman
yang yang diraih kurang benar bahwa sebetulnya hal ini disebabkan oleh asupan
unsur hara yang disediakan oleh mikoriza yang diambilnya dari tanah.
Unsur-unsur tersebut adalah N, P, K, Cu, dan Zn yang setiap unsurnya membawa
banyak keuntungan bagi tanaman.
Pada praktikum kali ini
bahan yang digunakan adalah tanah pada tanaman sengon, jati, kacang kedelai dan
jagung. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa tanaman yang paling banyak
mengandung mikoriza adalah tanaman sengon. Hal ini disebabkan Karena jamur
lebih suka hidup pada perakaran pohon tahunan, bukan pada perakaran tanaman
musiman. Pada perakaran pohon tahunan baik pH, unsur hara serta kandungan bahan
lain yang berguna di dalam tanah pengaturannya sangat teratur dan baik, tidak
seperti pada pengaturan tanaman musiman yang setiap saat bisa saja dirombak
sesuka hati petani.
Berdasarkan struktur
tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang, mikoriza dapat digolongkan
menjadi 2 kelompok besar (tipe) yaitu ektomikoriza dan endomikoriza. Namun ada
juga yang membedakan menjadi 3 kelompok dengan menambah jenis ketiga yaitu
peralihan dari 2 bentuk tersebut yang disebut ektendomikoriza.
Ektomikoriza mempunyai
sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut
akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif
dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya
berkembang diantara dinding-dinding sel jaringan korteks membentuk struktur seperti
pada jaringan Hartiq
Ektendomikoriza
merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya
antara lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat
menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya
terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoriza tipe ini
sangat terbatas.
Endomikoriza mempunyai
sifat-sifat antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada
permukaan akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan korteks, adanya
bentukan khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem
percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul).
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
- Mikoriza
adalah salah satu kelompok jamur tanah yang biotrof obligat yang tidak dapat
melestarikan pertumbuhan dan reproduksinya bila terpisah dengan tanaman inang.
- Mikoriza
memiliki beberapa struktur tubuh yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu
vesikel, arbuskul dan spora.
5.2
Saran
Diharap
pada para praktikum agar lebih serius ketika melaksanakan praktikum agar
praktikum dapat berjalan dengan baik sesuai aturan dan agar dapat lebih
memahami kegiatan praktikum yang diselenggarakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiman, S dan
Saraswati, D. 2007. Kesuburan Tanah Masyarakat Badui karena Mikoriza V-A
terjaga. Penerbit Niaga Swadaya. Bandung
Delvian, 2006. Optimalisasi
Daya Tumbuh Tanaman terhadap Daya Dukung Perkembangbiakan Jamur Mikoriza.
Institut Teknologi Surabaya. Surabaya
Musfati, A dkk. 2006. Modifikasi Sistem Pertanian
Organik dengan Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA). Universitas Lampung .
Lampung.
Noor,
Z. 2006. Produktivitas dan Mutu Jagung terhadap Mikoriza diDesa Pare Kediri .
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Tim Penulis PS.
2000. Budidaya Tanaman Legum dengan Bakteri Rhizobium dan Jamur Mikoriza.
Penerbit Niaga Swadaya. Bandung